Welcome to our website !

Andromeda

By 20.31

Okay, mungkin ada yang bosen baca cerpen gue yang judulnya Andromeda. Tapi buat yang pengen tau cerpennya kaya apa, ini gue post di blog gue. Ini cerpennya gue buat sendiri loh, based on true story hehe tapi dirubah dikit sih.

Andromedaku, bersinarlah terang di langit malamku

Berikan kilapan cahaya di gelap hariku

Indahkan khayalku, warnai mimpiku

Dan aku akan tetap menunggu

Hingga tiba akhir dari waktu

♥♥♥

Jl. Ir. H. Juanda, Mei 2006

Langit tampak tak begitu terang hari ini. Sinar matahari yang biasanya terik tertutup awan yang beriak di langit. Udara hari ini tidak terlalu panas seperti biasanya, membuatku bisa menikmati embun sisa hujan semalam. Kusebrangi zebra cross di depan sekolahku, SMP Negeri I Bogor.

Jarum jam di pergelangan tanganku menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit. Masih ada selang waktu lima menit menuju kegiatan tadarus yang setiap hari diselenggarakan di sekolahku.

“Aww…” teriakkku ketika menabrak seseorang. Kertas laporan pelajaran PKn yang belum sempat kujilid jatuh berserakan diatas genangan air di depan gerbang sekolahku. Aku melihat kertas-kertas tersebut tercengang seakan tak percaya.

“Sorry, gwe nggak sengaja.” Ia meminta maaf sambil membantuku mengambil kertas-kertas yang berserakan dan sebagian basah. Aku tak menjawab sepatah katapun.

♥♥♥

Agustus 2006

Ternyata namanya Andromeda Alshiraiz. Ia lulusan SMP Negeri I Bogor tahun ini dan sekarang ia melanjutkan sekolahnya di SMA Negeri I Bogor yang berlokasi tepat disebelah SMP Negeri I Bogor. Sejak beberapa bulan lalu aku sering bertemu dengannya. Semakin sering aku bertemu dengannya, semakin membekas senyum manisnya di ingatanku. Entah mengapa, senyum itu seringkali mengganggu pikiranku beberapa bulan terakhir.

Hujan turun sangat lebat sore ini, memaksaku menunggu di warung tenda Selot. Sudah setengah jam aku menunggu disini dan hujan belum juga reda, padahal sepuluh menit lagi aku harus les gitar. Akhirnya aku memutuskan untuk berlari dan naik angkutan umum.

Tiba-tiba aku menangkap sosok itu. Tinggi, berkulit sawo matang, dan memakai kacamata frameless. Sosok itu berlari sambil menutupi kepalanya dengan tas. “Cepetan dong, Tra!” teriak sosok itu pada temannya yang juga berlari disampingnya. Sosok itu tersenyum. Senyumnya begitu manis, dan senyumnya merupakan senyum yang akhir-akhir ini membayangi pikiranku.

Sial! Senyum itu membuatku tersihir hingga aku sendiri tak menyadari keadaanku basah kuyup karena hujan.

♥♥♥

September 2007

Allah memang mempunyai rencana yang tak pernah bisa diketahui sebelumnya oleh manusia manapun. Aku berhasil masuk SMA Negeri I Bogor. Dan tiba-tiba aku ditempatkan di divisi astronomi KIR, juga dia sang pemilik senyum itu.

Senyum itu membuatku memandangi pemiliknya yang kini berhadapan denganku. Sejak tadi mataku terus menatap lurus kedepan, tak berkedip sedikitpun.

Sosok yang dari tadi kupandangi sepertinya sadar kuperhatikan sejak tadi, ia alihkan pandangannya dari tugas yang teh Sarah berikan pada kami di pertemuan KIR divisi astronomi kali ini. Ia melihat kearahku kemudian tersenyum. Subhanallah, ia memberikan senyum itu padaku. Aku sungguh tidak percaya.

“Udah selesai tugasnya, Nis?” suara teh Sarah sang koor divisi astronomi mengagetkan aku, membuyarkan pikiranku tentang Raiz. Mata teh Sarah melihat sosok yang semula sempat kuperhatikan, sepertinya ia tahu dari tadi aku memperhatikan Raiz.

“Eh… umm… belum, Teh, ini lagi Danish coba kerjain,” jawabku terbata-bata.

♥♥♥

SMA Negeri I Bogor, Desember 2008

Hari ini divisi astronomi mengadakan acara Orbit atau obeservasi benda langit yang diselenggarakan di aula lantai 4 SMA Negeri I Bogor. Pak Basuki dan Adri telah membuka kegiatan ini tadi. Sekarang kami boleh bebas mengamati benda langit dengan teropong yang telah disediakan.

“Assalamualaikum,” sapa seseorang.

“Waalaikumsalam,” jawabku. Ketika aku membalik badanku, aku seakan tak percaya.

“Kok nggak ikutan?” tanyanya.

“Udah tadi,” jawabku. Tak bisa kupungkiri jantungku berdegup kencang.

“Liat apa aja?”

“Liat bulan,” jawabku sambil memandang langit luas, “Sayang ya, nggak bisa liat gugusan Andromeda.”

“Loe suka Andromeda juga?” Raiz tertawa renyah lalu kembali menatap langit pukul dua malam hari ini, “Gwe juga suka, banget malah. Orang tua gwe bilang Andromeda gugusan yang jauh banget dari bumi, tapi Andromeda itu indah banget. Makanya gwe dikasih nama Andromeda. Kalo loe kenapa suka Andromeda?”

‘Karena buatku kamulah Andromedaku.’. Ingin rasanya aku berkata begitu tapi aku tak mempunyai keberanian. Ya, buatku dia adalah Andromedaku yang memiliki sinar sangat terang dan beragam dan letaknya susah sekali dijangkau, namun ia tetap ada menghiasi langit ciptaan Allah. “Karena Andromeda itu unik,” jawabku singkat.

“Iz, bantuin gwe buat masang LCD, dong!” teriak Adri sang ketua KIR. Raiz pamit padaku, tersenyum, dan meninggalkan aku. Obrolan kami begitu singkat namun sanggup meninggalkan kesan di hatiku.

Seandainya senyum itu kelak menjadi milikku, mungkin itulah hal terindah yang ada dihidupku selain memiliki iman Islam dan keluarga yang begitu menyayangiku.

♥♥♥

Agustus 2009

Obrolan saat orbit setahun lalu adalah pertama kalinya aku berbincang-bincang dengannya dan mungkin akan jadi yang terakhir.

Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah sejak Raiz lulus dari SMA Negeri I Bogor. Aku sudah kelas tiga SMA hari ini. Tak sedikitpun aku tahu kabarnya. Ingin rasanya aku sekedar tahu dimana ia melanjutkan kuliahnya dan dimana ia berada sekarang.

Mungkin rasa ini harus kusimpan dalam-dalam lalu kutaruh disudut hatiku. Di sudut yang tak seorangpun bisa menjangkaunya. Akan selalu kusimpan dan tak akan pernah kubuang. Sampai nanti aku akan selalu ingat bahwa aku pernah mengagumi seorang Andromeda Alshiraiz yang merupakan Andromeda bagiku. Seseorang yang terus bersinar di langit malamku tanpa harus terlihat, tapi aku tahu ia begitu nyata dan bersinar terang.

Dalam diam dan bibir bergetar aku hanya bisa berdoa, Ya Allah, aku tahu Engkau adalah sang Sutradara yang Maha Dashyat dalam hidupku. Semua alur hidupku kuserahkan pada-Mu. Jika ia bukan untukku, izinkan aku menyimpan senyumnya di sudut hatiku dan biarkan rasa kagumku untuknya kusimpan rapat-rapat. Jika memang ia Kau takdirkan untukku, aku percaya suatu saat nanti Kau akan mempertemukan aku dengannya di dalam ruang dan waktu yang Kau rencanakan. Karena aku percaya, Engkau akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya.

♥♥♥

Frankfrut, Maret 2017

Langit malam Frankfrut lagi-lagi membuatku takjub akan Allah yang Maha Kreatif. Ditambah lagi indahnya sungai yang diterpa cahaya lampu-lampu kota Frankfrut, yang berada dibawah jembatan tempatku menginjakkan kaki saat ini. “Subhanallah,” aku melafalkan pujian untuk Allah berulang-ulang. Sungguh kuasa Allah tak ada duanya.

Kupandangi kertas undangan berwarna emas yang sejak tadi kupegang. Aku membaca kalimat itu berulang-ulang. Di kertas itu tertulis ‘Andromeda Alshiraiz dan Aisya Danish Amdawijaya’.

Allah memang sang Sutradara yang Maha Dashyat bagi hidupku. Besok aku akan menikah dengannya di Schwetzingen Mosque. Hal yang tak pernah kuduga sebelumnya.

Aku akan menikah dengan Andromeda-ku di tempat yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, Jerman. Ya, mau tidak mau aku harus menikah disini karena Raiz harus mengambil program spesialis dokter di Hamburg University of Applied Science mulai bulan depan. Begitu juga aku, sebentar lagi gelar dokter akan ‘menempel’ di depan namaku. Gelar yang akan kuterima karena aku telah selesai kuliah kedokteran di Hamburg University.

Kupandangi lekat-lekat langit malam ini. Akhirnya senyum yang selalu menghiasi ingatanku sejak saat itu akan menjadi milikku. Senyum miliknya, sang Andromeda-ku.

Ternyata Allah memang akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya.

♥♥♥

Thank you, comment yaaa

You Might Also Like

0 bawelan